Sebuah Catatan Kecil Kehidupan

Terlahir sebagai anak seorang yg berkutik di dunia hukum membuat warna tersendiri dlm hidup. Disiplin, tepat waktu, jujur, adil, tertanam dalam jiwa saat pertama kali menatap dunia. Nomaden seperti manusia purba tak jarang dilakukan demi mengemban tugas negara. Lelah memang,namun lebih lelah dan miris ketika melihat sebuah keluarga menaiki gerobak yg mereka anggap istana berlari-lari menghindari penertiban aparat.
Dalam kurun waktu 2 tahun, 3 SMA disinggahi, mengalami bermacam-macam perbedaan atmosfer pergaulan dan cara pandang hidup menjadi semacam phobia untuk menjalani setiap inci hari-hari kehidupan. Pasang-surut emosi tak jarang memicu benturan argumen dalam keluarga. Harus dijalani, disyukuri, dinikmati memang inti dari hidup ini.
Lelah dan lelah, cuma itu yg bisa di gambarkan. Bagaikan seorang pemberontak yang hanya bisa jalankan rencana di dalam akal sehat mereka, bermain dengan khayalannya, lalu tertawa di alam pikirnya.
Kadang kala berpikir untuk menyalahkan, namun terlalu banyak yg bisa disalahkan. Memaafkan menurut pemuka agama adalah jalan terbaik menghadapi masalah.
Tak jarang sebotol minuman dingin mengandung kadar alkohol 40-43% jd pelepas penat yang merangkul jiwa dan melepas segala emosi tentang cinta yg terpendam.
Bersama-sama sahabat lama, saling tukar cerita dalam kepulan asap di ruang yg sesak, dan berharap esok hari masih bisa melihat mentari yg bersinar.
Mungkin kadang kala kehidupan adalah fatamorgana para iblis di neraka atau para malaikat di surga. Setiap butir embun yg menetes membawa asa dan harap yg menjadi mimpi kelak.
Subsistem keteraturan yg terukir oleh goresan tangan tuhan tak bisa dipungkiri. Kehidupan mungkin mimpi tp mimpi adalah bagian dari kehidupan. Terlahir sebagai apapun asalkan berani bermimpi, kehidupan ini tak akan sekedar mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar